
Oleh: Team Info Grafis | Rumoh Data
Jakarta, 7 Juli 2025 — Maskapai nasional Garuda Indonesia kembali menerima suntikan dana segar sebesar Rp6,65 triliun dari BPI Danantara, entitas khusus yang ditunjuk pemerintah untuk menyelamatkan BUMN strategis. Kucuran ini merupakan tahap pertama dari total komitmen pinjaman pemegang saham (shareholder loan) senilai US$1 miliar atau sekitar Rp16,2 triliun untuk mendukung proses restrukturisasi dan transformasi operasional Garuda.
Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, menegaskan bahwa pendanaan ini akan difokuskan pada langkah-langkah perbaikan struktural, termasuk penguatan layanan, efisiensi operasional, serta pemulihan konektivitas penerbangan domestik dan internasional.
“Kami akan melakukan evaluasi berkala atas implementasi dana tersebut. Fokus utama tetap pada transformasi menyeluruh agar Garuda dapat kembali kompetitif di pasar global,” ujar Dony dalam konferensi pers di Jakarta.
Fokus Baru: Pembelian 50–75 Pesawat Boeing
Dalam langkah paralel, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani menyatakan bahwa perusahaan tengah menjajaki pembelian antara 50 hingga 75 pesawat Boeing. Jenis pesawat yang sedang dikaji termasuk Boeing 737 Max untuk penerbangan jarak pendek-menengah dan Boeing 787 Dreamliner untuk rute internasional.
Pembelian ini, menurut manajemen, adalah bagian dari strategi jangka menengah untuk memperkuat armada sekaligus menggantikan pesawat lama yang tidak lagi efisien secara ekonomi maupun lingkungan.
Tekanan Keuangan Masih Berat
Namun, di tengah injeksi dana besar ini, kinerja keuangan Garuda belum menunjukkan perbaikan signifikan. Laporan keuangan triwulan I-2025 mencatat kerugian sebesar US$76,59 juta (sekitar Rp1,24 triliun). Selain itu, utang jangka panjang perusahaan masih tinggi, mencapai US$668,6 juta (setara Rp10,8 triliun).
Sebelumnya, pemerintah juga telah menyuntikkan dana dalam bentuk mandatory convertible bond senilai Rp8,5 triliun pada 2020 dan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun pada 2022. Namun, tekanan finansial belum sepenuhnya teratasi.
Restrukturisasi & Tantangan Strategis
Proses penyelamatan Garuda tak lepas dari sejumlah langkah drastis, seperti:
- Pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU),
- Negosiasi ulang dengan lessor dan kreditor,
- Pengembalian puluhan armada sewaan,
- Hingga pengurangan tenaga kerja secara bertahap.
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa fokus Garuda dan Citilink harus diarahkan kembali ke pasar domestik, yang menurut data, menyumbang hingga 78% total penumpang sebelum pandemi. Potensi pasar lokal yang besar diharapkan menjadi pilar pemulihan maskapai.
Pengawasan Ketat dan Rencana Privatisasi Terbatas
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Kementerian BUMN kini melakukan pengawasan ketat terhadap setiap pencairan dana baru ke Garuda. Salah satu syarat yang disorot adalah efisiensi manajemen, termasuk penangguhan insentif gaji bagi jajaran komisaris.
Dalam jangka panjang, wacana privatisasi terbatas melalui skema konversi utang menjadi ekuitas atau masuknya investor strategis juga mulai dibuka. Opsi ini dinilai sebagai jalan tengah untuk mendatangkan modal segar tanpa kehilangan kontrol negara atas BUMN strategis tersebut.
Catatan Tambahan: Digitalisasi dan Transformasi Hijau
Para pengamat menilai Garuda perlu lebih agresif dalam transformasi digital dan transisi hijau. Penggunaan sistem manajemen armada berbasis data, penerapan reservasi otomatis, dan efisiensi bahan bakar berbasis teknologi dipandang sebagai langkah penting untuk menjadikan Garuda maskapai yang relevan di era baru.
Kucuran dana Rp6,6 triliun dari Danantara menandai babak baru dalam upaya panjang menyelamatkan Garuda Indonesia. Namun, keberhasilan penyelamatan tak hanya tergantung pada modal, melainkan pada konsistensi transformasi, efisiensi manajerial, dan kesanggupan Garuda menyesuaikan diri dengan realitas pasar dan tuntutan zaman.
Editor: Team Info Grafis Rumoh Data
Foto & Infografik: Katadata.co.id